Jumat, 13 Januari 2012

PERKEMBANGAN ANAK USIA SD

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Kecerdasan
Suatu hari seorang siswa bercakap-cakap dengan siswa-siswa yang lain sesaat setelah hasil skor tes IQ dibagikan. “Wah, ternyata dia cerdas ya, hasil skor tes IQ-nya saja di atas rata-rata.” Percakapan lainnya, yaitu seorang guru mengatakan kepada muridnya, “Kamu dapat menyelesaikan soal-soal yang sulit ini dengan cara kamu sendiri, kamu murid yang cerdas dan kreatif.” Ada lagi percakapan seperti ini, “Dia terampil dan cerdas, dia dapat membuat mainannya sendiri dengan barang-barang bekas.”
Bagaimana kita dapat menilai bahwa seseorang dikatakan cerdas? Apakah ketika seseorang mendapat hasil tes IQ dengan skor tinggi, apakah ketika seorang siswa dapat memecahkan dan menyelesaikan soal-soal dan mendapat nilai yang baik, atau anak kreatif yang dapat menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat dengan segala penalarannya? Orang yang dapat berbicara di depan orang banyak, public speaking-nya bagus sering pula dikatakan orang itu cerdas, wawasannya tinggi. Seseorang yang menonjol dalam lingkungannya, dapat menjadi pemimpin, dapat mengatasi problema sosial, dapat bermasyarakat, menyesuaikan diri berarti orang tersebut cerdas dalam bersikap.
Cerdas sering disejajarkan dengan terampil, kreatif. Terampil, kreatif dalam menguraikan pikiran-pikirannya hingga menciptakan suatu bentuk kreativitas tinggi. Dalam menciptakan sesuatu/ merangkai sesuatu yang sudah ada, orang tersebut sebenarnya menggunakan tingkat pemikiran tertinggi, atau menggunakan kecerdasannya. Lalu, bagaimana batasan mendefinisikan kecerdasan dan kreativitas, bagaimana perbedaan diantara keduanya….?
Kecerdasan dalam kata lain yaitu inteligensi. Ada dua pandangan mengenai pemahaman inteligensi, yaitu inteligensi sebagai kemampuan tunggal dan inteligensi sebagai kemampuan multipel. Sebagai kemampuan tunggal, inteligensi diartikan sebagai kemampuan mental pada umumnya (Jensen, 1979), inteligensi adalah kemampuan untuk membuat suatu kombinasi (Ebbinghaus, 1987), inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak (Terman).
Inteligensi dipandang sebagai kemampuan multipel yaitu inteligensi meliputi kemampuan verbal, pemecahan masalah praktis, dan kemampuan sosial (Robert Sternberg, 1982). Inteligensi adalah seperangkat kemampuan yang memungkinkan individu mampu memecahkan masalah, menciptakan produk, menemukan pengetahuan yang baru. Jadi, inteligensi atau kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam belajar, mengelola pikiran guna memecahkan masalah, menghasilkan cara-cara untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Komponen utama inteligensi yaitu kemampuan verbal, keterampilan pemecahan masalah, kemampuan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari
Kecerdasan merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. Ketika seseorang dilahirkan dari orang tua yang cerdas, anak tersebut dapat menjadi cerdas apabila mendapat lingkungan yang baik untuk mengembangkan inteligensinya. Namun apabila seorang anak cerdas mendapati lingkungan yang kurang mendukung, hal tersebut dapat menghambat bahkan sangat mengganggu pengembangan kecerdasan seseorang. Kecerdasan menuntut sebuah pemahaman, konsentrasi, dan pemikiran jernih dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam hidupnya.
Seseorang tidak dapat dikatakan cerdas, ketika seseorang tersebut mendapat prestasi akademik yang bagus. Prestasi seseorang dapat berupa prestasi akademik (nilai pelajaran) maupun prestasi non akademik (kesenian, olahraga, dsb). Kita tidak dapat menjatuhkan keputusan mutlak ketika seorang anak tidak menguasai mata pelajaran adalah anak yang tidak cerdas atau bodoh. Karena terdapat beberapa kecerdasan. Garder, mengidentifikasikan delapan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik (peka, mahir, sensitivitas terhadap terhadap suara, bahasa, seperti jurnalis, penyair), kecerdasan logika-matematika (penalaran logika matematis, seperti ahli matemtika, saintis), keceerdasan musikal (ekspresi dalam seni, musik, keindahan suara, seperti penyanyi, komposer), kecerdasan spasial (mampu memahami bentuk-bentuk sesuatu, menyimpan dalam memori dan dapat menggambarkannya kembali, misal seperti pematung), kecerdasan kinestetik (keterampilan dalam mengekspresikan anggota tubuh sebagai nilai keindahan, seperti penari, atlit), kecerdasan interpersonal (kemampuan merespon suasana, dapat memahami maksud orang lain), kecerdasan interpersonal (kemampuan untuk mengendalikan, membimbing perilakunya sendiri, seperti orang yang teliti, serius), kecerdasan naturalis (kemampuan seseorang untuk mengenal alam dan kemampuan produktif dalam memanfaatkan alam, seperti berburu, bertani).
B.        PERUMUSAN MASALAH
Definisi Kecerdasan
C.        Tujuan Penulisan
Bisa mengetahui perkembangan kecerdasan Anak.
D.       Manfaat Penulisan
1.      Terpenuhi salah satu tugas mata kuliah perkembangan anak usia sd.
2.      Bagi yang membaca makalah ini supaya bisa menambah wawasan dan pengetahuan.
                                                                               
















BAB II
PEMBAHASAN
A.       DEFINISI PERKEMBANGAN KECERDASAN ANAK
            Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul “Multiple Intelligences” mengatakan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Gambaran mengenai spektrum kecerdasan yang luas telah membuka mata para orangtua maupun guru tentang adanya wilayah-wilayah yang secara spontan akan diminati oleh anak-anak dengan semangat yang tinggi. Dengan demikian, masing-masing anak tersebut akan merasa pas menguasai bidangnya masing-masing. Bukan hanya cakap pada bidang tersebut yang memang sesuai dengan minatnya, namun juga akan sangat menguasainya sehingga menjadi amat ahli.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur:
1.      Kecerdasan matematika – logika
2.      Kecerdasan bahasa
3.      Kecerdasan musikal
4.      Kecerdasan visual spasial
5.      Kecerdasan kinestetik
6.      Kecerdasan inter-personal
7.      Kecerdasan intra-personal
8.      Kecerdasan naturalis
Menurut pakar psikologi dalam Journal of Educational Psychology, kecerdasan adalah kapasitas untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi.
Kapasitas untuk belajar dari pengalaman berarti orang yang cerdas juga dapat membuat kesalahan. Bahkan orang yang cerdas sesungguhnya bukanlah orang yang tidak pernah membuat kesalahan. Tetapi, orang yang cerdas adalah orang yang membuat kesalahan, belajar dari kesalahan tersebut, dan tidak membuat kesalahan yang sama lagi. Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan berarti untuk menjadi cerdas tidaklah semata-mata bergantung pada nilai atau hasil suatu tes atau ujian di sekolah.
Di sini menjadi cerdas meliputi kemampuan untuk menangani suatu pekerjaan, bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan bagaimana mengatur hidup secara umum.
B.        UNSUR - UNSUR PERKEMBANGAN KECERDASAN
1.         Kecerdasan Matematika–Logika sendiri memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.

Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, yaitu misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.

Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagai macam permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti: catur, bermain teka-teki, dan sebagainya.

2.         Kecerdasan Bahasa memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail.
Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

3.         Kecerdasan Musikal memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara non verbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada irama.
Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasannnya apabila dikaitkan dengan musik.

4.         Kecerdasan Visual Spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara obyek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannnya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual spasial ini. Anak-anak demikian akan unggul dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.

5.         Kecerdasan Kinestetik  memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olah raga, seperti misalnya: bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan sebagainya. Atau bisa pula tampil pada anak-anak yang pandai menari, terampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.


6.         Kecerdasan Inter-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisai dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari anak yang lain, dan sebagainya.

7.         Kecerdasan Intra-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan mapun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannnya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
8.         Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperi aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan sebagainya.
Melalui konsepnya mengenai kecerdasan multiple atau kecerdasan ganda ini, Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan. Dimana kecerdasan seolah-olah hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.
Teori Gardner ini kemudian dikembangkan dan juga semakin dilengkapi oleh para ahli lain. Di antaranya adalah Daniel Goleman melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligence” atau Kecerdasan Emosional.
Dari ke tujuh spektrum kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner di atas, Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan intra-personal atau antar pribadi. Inti dari kecerdasan ini adalah mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat keinginan orang lain. Namun menurut Gardner kecerdasan antar pribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman. Sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Padahal menurut Goleman, faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi ini.
Sejauh ini, untuk mengukur kecerdasan seseorang diketahui dengan berbagai tes IQ. Namun, hasil pensekoran tes IQ tidak dapat dijadikan tolak ukur mutlak kecerdasan seseorang. Bagaimana jika seseorang yang sedang mengerjakan tes IQ dalam keadaan sakit, seseorang yang mengerjakan tes dengan peruntungan, coba-coba, atau tes IQ yang menggunakan lembar jawab komputer ada beberapa jawaban yang tidak dapat terbaca komputer….? klasifikasi atau pengelompokkan kecerdasan masih mengikuti klasifikasi Binet dan Simon.
C.        KLASIFIKASI ATAU PENGELOMPOKKAN KECERDASAN
1.      keterbelakangan mental/ cacat mental, meliputi:
Idiot (IQ <30), embisil (IQ 31-50), debil (IQ 51-70). Orang-orang yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah orang-orang yang lemah pikirannya, tidak dapat mengurus dirinya, fisiknya lemah, tidak dapat dididik di sekolah, tidak mengenal rasa senang ataupun sakit, tidak sempurna dalam berbicara, tidak dapat menggunakan kecerdasan untuk mengontrol emosi.
2.      slow learner (IQ 71-90)/ Inferior (IQ 70-79)
3.      bodoh (IQ 80-89)
4.      normal/ rata-rata (IQ 91-110)
5.      rapid learner (IQ 111-130),
          meliputi orang-orang pandai, superior, sangat superior. Termasuk kategori ini adalah orangyang cepat memahami sesuatu, dapat meneruskan sekolah sampai perguruan tinggi, pintar berhitung, berbahasa.
6.      gifted (IQ >131).
            Bakat dan prestasi orang-orang dalam kelompok gifted sudah nampak sejak lahir
7.      jenius (IQ >180).
            Orang-orang dalam kelompok ini, kelihatan cerdas sejak kecil. Namun umumnya, orang jenius akan mempunyai masalah yang berhubungan dengan emosi dan sosialnya
Kecerdasan dapat mempengaruhi belajar dan perkembangan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajar. Kecerdasan dapat berperan sebagai predikat prestasi belajar anak. Namun, kecerdasan bukanlah faktor satu-satunya yang menentukan keberhasilan belajar, karena keberhasilan belajar melibatkan beberapa aspek seperti faktor motivasi dan karakteristik kepribadiannya. Bagaimana dengan pengaruh kreativitas dalam pembelajaran….?
Kreativitas…
Saat seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang berbeda, merangkai beberapa hal/ benda sehingga menciptakan sesuatu nilai keindahan, kemanfaatan maka orang tersebut dapat dikatakan kreatif. Orang yang membuat rangkaian sepeda dengan pegangan sepeda yang panjang, rendah, roda sepeda yang satu kecil, dan yang satu besar, cat warna-warni pada sepeda motor, dapatkah pula seseorang tersebut dikatakan kreatif…? Sejauh mana kreativitas tersebut bermanfaat bagi orang lain. Apakah modifikasi sepeda atau motor seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bagi sebagaian orang tua dianggap sebagai suatu kecerdasan…atau… hanya keusilan seorang anak remaja…? Penilaian terhadap suatu kreativitas dalam hal ini dianggap sebagai subyektivitas. Kreativitas dapat mengakibatkan kebaikan, gangguan maupun berperan dalam pemecahan masalah (seperti penemuan bahan bakar pengganti minyak, alat untuk mencuci pakaian yang hemat air, hemat listrik, dsb).
Seseorang yang kreatif cenderung peka terhadap suatu permasalahan sehingga mendorong untuk melepaskan suatu permasalahan/ kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya dengan berpikir dan diwujudkan dalam kenyataan. Jadi kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan seorang individu untuk berfikir seperti berimajinasi yang dalam tindakannya dilakukan dengan cara-cara yang dapat memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kreativitas yaitu, jenis kelamin (anak laki-laki cenderung lebih kreatif daripada anak perempuan, karena anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk hidup mandiri, memecahkan suatu resiko-resiko. Apabila perempuan lebih cenderung dalam hal ketekunan), latar belakang sosio ekonomi (anak dengan latar belakang ekonomi tinggi apabila selalu dihadapkan dengan fasilitas-fasilitas yang cenderung nyaman dan tidak ada dorongan untuk membuat sesuatu yang baru, sedangkan anak-anak di desa yang kebanyakan ekonominya rendah terdesak untuk membuat sesuatu tanpa membeli dengan memanfaatkan alam yang tersedia. Namun bukan faktor kaya atau miskin, tetapi bagaimana seseorang tersebut dalam keadaan yang kondusif atau tidak), urutan kelahiran anak (anak pertama cenderung tidak dapat mengembangkan kreatifnya lebih karena anak pertama tekanannya lebih besar dan menjadi anak yang pertama pengasuhan orang tua yang selalu diarahkan orang tua), keluarga besar-kecil (keluarga yang besar dapat menghambat kreativitas anak, karena keluarga besar cenderung otoriter untuk mengendalikan anak-anak yang lain), kecerdasan (anak-anak yang cerdas cenderung lebih kreatif karena anak cerdas dapat menemukan ide-ide baru, merumuskan suatu alternatif pemecahan masalah).
Kecerdasan vs Kreativitas…
Kecerdasan lebih mengarah pada penggunaan pola pikirnya untuk memecahkan suatu masalah. Kecerdasan adalah suatu kemampuan ‘keajegan’ berfikir seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan kemampuan-kemampuan berfikirnya untuk menyelesaikan masalah.
Kreativitas mengarah pada kemampuan seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru dengan cara pemikirannya sendiri, dengan merinci pikiran-pikiran sehingga sesuatu tersebut bernilai keindahan, kemanfaatan atau kepuasan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kreativitas yang menghasilkan nilai komersil adalah inovasi. Inovasi menyebabkan perbedaan mempunyai nilai.
Kecerdasan tidak dapat disamakan persis dengan kreativitas. Namun kecerdasan ada keterkaitannya dengan kecerdasan. Kreativitas adalah buah dari kecerdasan. Kreativitas tanpa kecerdasan tidak dapat menghasilkan nilai/ kualitas kreativitas yang tinggi. Kreativitas merupakan tingkat tertinggi kecerdasan seseorang. Orang yang kreatif berarti orang tersebut memahami benar-benar tentang suatu hal sehingga dapat menguraikan, menjelaskan, merinci untuk dapat menghasilkan ide-ide, sesuatu yang baru.
Pentingnya kreativitas dalam pembelajaran…
Masa-masa anak adalah masa emas, dimana anak mudah menerima rangsangan, sentuhan. Begitu pula pentingnya pengasuhan, pengondisian anak pada waktu usia dini untuk mengembangkan kecerdasan. Anak-anak pada masa awal sekolah umumnya masih belajar dengan menggunakan simbol-simbol, gambar dan cara pembelajaran yang menarik. Pembelajaran sebaiknya banyak menggunakan alat peraga yang kreatif dengan bentuk dan warna yang menarik. Sehingga kreativitas dalam pembelajaran sangat diperlukan agar anak dalam belajar tidak cepat bosan, dan menarik minat, perhatian anak untuk belajar. Walaupun anak lebih dapat mengkondisikan tubuhnya untuk tenang menerima pelajaran, namun pada akhirnya anak adalah masa-masa bermain dan bereksplorasi. Duduk, tenang menerima pelajaran akan membuat anak jenuh, tertekan dan sulit menerima pelajaran. Sehingga dalam pembelajaran memerlukan kreativitas, penciptaan bentuk-bentuk pembelajaran yang bersifat permainan dan membawa anak-anak dalam suasana yang berbeda, di luar kelas, di halaman, di tempat-tempat yang membawa anak pada suasan nyaman. Jadi pembelajaran janganlah monoton di dalam kelas. Masa-masa anak adalah masa-masa eksplorasi, pengembangan rasa ingin tahu, biarkan anak bereksplorasi, tetapi tetap perlu diarahkan oleh orang tua maupun guru.

Mengoptimalkan Perkembangan Kecerdasan Sejak Usia Dini



             Peran orangtua pada dasarnya anak-anak sebagai generasi unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka tumbuh dengan optimal. Orang tua memegang peranan penting menciptakan lingkungan tersebut guna memotivasi anak agar dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi. Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi. Suasana yang penuh kasih sayang, mau menerima anak apa adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul dimasa datang.
            Memahami anak keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satusama lain namun salingmelengkapidanberharga.Selain memahami bahwa anak merupakan individu yan unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami anak,yaitu bahwa anak adalah: anak bukan orang dewasa,anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini.
         Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam.Dunia bermain mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkaitdenganpenuhsuasanayangmenyenangkan.
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis.Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilaku sesuai dengan ciri-cirimasing-masingfaseperkembangantersebut.
Senang Meniru
           Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru. Orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.
Kreatif
           Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya imajinasi tinggi, dan sebagainya. Namun begitu anak masuk sekolah, kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran di TK atau SD terlalu menekankan pada cara berfikir konvergen, sementara cara berfikir secara divergen kurang dirangsang. Orang tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak-anak dengan bersikap luwes dan kreatif pula, hendaknya tidak selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak namun secara rendah hati mau menerima gagasan-gagasan anak yang mungkin tampak aneh dan tak lazim. Anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis serta akan tumbuh dan berkembang lebih optimal.
Mengembangkan kecerdasan dan kreativitas
Menyadari akan arti pentingnya orang tua bagi pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak, maka sangat dianjurkan kepada setiap orang tua untuk meluangkan waktu secara teratur bagi putra-putrinya untuk mengembangkan kemampuan bahasa misalnya, biasakan agar orang tua rajin menjalin percakapan dengan si kecil. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, sedangkan untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika anak dapat diperkenalkan konsep matematika secara sederhana, misalnya menghitung jumlah anak tangga.Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, anak bisa diajak menjelajahi dunianya dengan cara melakukan eksperimen, misalnya mengamati tumbuhnya kecambah, proses telur yang menetas dan sebagainya. Kaitkan semua kegiatan diatas sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Ini adalah hal-hal yang merangsang pengembangan kecerdasan anak. Banyak dijumpai anak-anak yang memiliki kecerdasan dan kreativitas luar biasa adalah anak-anak yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tuanya. Orang tua John Irving misalnya, menghabiskan waktu berjam-jam bermain dan terlibat secara intelektual bersama John setiap hari, sehingga akhirnya ia menjadi penulis ternama. Begitu pula orang tua Steven Spielberg, tak jemu-jemunya berdialog dan melayani aneka pertanyaan serta rasa ingin tahu Steven, sehingga akhirnya ia menjadi sutradara film terkenal. Tak terkecuali orang tua Thomas Alva Edison memegang peranan penting bagi perkembangannya sehingga ia menjadi seorang penemu ulung.Rumah yang menunjang kreativitas adalah rumah dimana anak dan orang dewasa yang berada didalamnya terlibat dalam kebiasan kreatif. Aktivitas mendongeng atau membacakan cerita sangat bersemangat untuk merangsang kecerdasan maupun kreativitas anak. Melalui dongeng, anak juga dapat diajak berkomunikasi serta mencoba untuk melontarkan suatu gagasan terhadap pemecahan suatu masalah. Dan melalui dialog batin si kecil dengan dongeng-dongeng yang didengarnya itu, tanpa sadar mereka telah menyerap beberapa sifat positif, sperti keberanian, kejujuran, kehormatan diri, memiliki cita-cita, menyayangi binatang, membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk, dan seterusnya.
Mengembangkan kecerdasan emosional.
Beberapa ahli mengatakan bahwa generasi sekarang cenderung banyak mengalami kesulitan emosional, seperti misalnya mudah merasa kesepian dan pemurung, mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopansantun dan sebagainya, kecerdasan atau angka IQ yang tinggi bukanlah satu-satunya jaminan kesuksesan anak di masa depan. Ada faktor lain yang cukup populer yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini dapat dilatih pada anak-anak sejak usia dini. Salah satu aspeknya adalah kecerdasan sosial, dimana anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain serta bertindak bijaksaadalam hubungan antar manusia. Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, sikap saling menghargai, disiplin dan penuh semangat tidak mudah putus asa, semua ini memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya.





BAB III
KESIMPULAN
                 Pada umumnya, kata “cerdas” atau “kecerdasan” sering diartikan oleh sebagian besar orang sebagai berikut: mampu cepat bertindak, dapat mengatasi berbagai macam masalah, menjadi tempat bertanya atau konsultasi, mampu membaca dengan kecepatan tinggi, lulus dengan IP yang tinggi, pintar cari uang, sukses dalam karier (misalnya menjadi manajer, dll), mampu sekolah sampai S2 atau bahkan S3, saat sekolah nilai ujiannya selalu mendapat nilai 10, menjadi juara kelas, pintar melihat peluang, IQ yang di atas rata-rata, mengambil jurusan ilmu eksakta (misalnya fisika atau matematika), dapat menghitung dengan cepat, mampu berbicara dalam beberapa bahasa, rajin dan ulet, dapat menciptakan peluang, bisa masuk ke perguruan tinggi favorit, selalu mendapat beasiswa, pintar berbicara dan meyakinkan orang lain, pintar memimpin orang lain, dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, mampu menyelesaikan masalah, Ahli dalam bidang tertentu.

Kecerdasan dapat mempengaruhi belajar dan perkembangan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajar. Kecerdasan dapat berperan sebagai predikat prestasi belajar anak. Namun, kecerdasan bukanlah faktor satu-satunya yang menentukan keberhasilan belajar, karena keberhasilan belajar melibatkan beberapa aspek seperti faktor motivasi dan karakteristik kepribadiannya.

0 Comments:

Post a Comment



5 orang aneh

5 orang aneh

Jumat, 13 Januari 2012

PERKEMBANGAN ANAK USIA SD

Diposting oleh NinaDN di 05.07
BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Kecerdasan
Suatu hari seorang siswa bercakap-cakap dengan siswa-siswa yang lain sesaat setelah hasil skor tes IQ dibagikan. “Wah, ternyata dia cerdas ya, hasil skor tes IQ-nya saja di atas rata-rata.” Percakapan lainnya, yaitu seorang guru mengatakan kepada muridnya, “Kamu dapat menyelesaikan soal-soal yang sulit ini dengan cara kamu sendiri, kamu murid yang cerdas dan kreatif.” Ada lagi percakapan seperti ini, “Dia terampil dan cerdas, dia dapat membuat mainannya sendiri dengan barang-barang bekas.”
Bagaimana kita dapat menilai bahwa seseorang dikatakan cerdas? Apakah ketika seseorang mendapat hasil tes IQ dengan skor tinggi, apakah ketika seorang siswa dapat memecahkan dan menyelesaikan soal-soal dan mendapat nilai yang baik, atau anak kreatif yang dapat menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat dengan segala penalarannya? Orang yang dapat berbicara di depan orang banyak, public speaking-nya bagus sering pula dikatakan orang itu cerdas, wawasannya tinggi. Seseorang yang menonjol dalam lingkungannya, dapat menjadi pemimpin, dapat mengatasi problema sosial, dapat bermasyarakat, menyesuaikan diri berarti orang tersebut cerdas dalam bersikap.
Cerdas sering disejajarkan dengan terampil, kreatif. Terampil, kreatif dalam menguraikan pikiran-pikirannya hingga menciptakan suatu bentuk kreativitas tinggi. Dalam menciptakan sesuatu/ merangkai sesuatu yang sudah ada, orang tersebut sebenarnya menggunakan tingkat pemikiran tertinggi, atau menggunakan kecerdasannya. Lalu, bagaimana batasan mendefinisikan kecerdasan dan kreativitas, bagaimana perbedaan diantara keduanya….?
Kecerdasan dalam kata lain yaitu inteligensi. Ada dua pandangan mengenai pemahaman inteligensi, yaitu inteligensi sebagai kemampuan tunggal dan inteligensi sebagai kemampuan multipel. Sebagai kemampuan tunggal, inteligensi diartikan sebagai kemampuan mental pada umumnya (Jensen, 1979), inteligensi adalah kemampuan untuk membuat suatu kombinasi (Ebbinghaus, 1987), inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak (Terman).
Inteligensi dipandang sebagai kemampuan multipel yaitu inteligensi meliputi kemampuan verbal, pemecahan masalah praktis, dan kemampuan sosial (Robert Sternberg, 1982). Inteligensi adalah seperangkat kemampuan yang memungkinkan individu mampu memecahkan masalah, menciptakan produk, menemukan pengetahuan yang baru. Jadi, inteligensi atau kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam belajar, mengelola pikiran guna memecahkan masalah, menghasilkan cara-cara untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Komponen utama inteligensi yaitu kemampuan verbal, keterampilan pemecahan masalah, kemampuan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari
Kecerdasan merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. Ketika seseorang dilahirkan dari orang tua yang cerdas, anak tersebut dapat menjadi cerdas apabila mendapat lingkungan yang baik untuk mengembangkan inteligensinya. Namun apabila seorang anak cerdas mendapati lingkungan yang kurang mendukung, hal tersebut dapat menghambat bahkan sangat mengganggu pengembangan kecerdasan seseorang. Kecerdasan menuntut sebuah pemahaman, konsentrasi, dan pemikiran jernih dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam hidupnya.
Seseorang tidak dapat dikatakan cerdas, ketika seseorang tersebut mendapat prestasi akademik yang bagus. Prestasi seseorang dapat berupa prestasi akademik (nilai pelajaran) maupun prestasi non akademik (kesenian, olahraga, dsb). Kita tidak dapat menjatuhkan keputusan mutlak ketika seorang anak tidak menguasai mata pelajaran adalah anak yang tidak cerdas atau bodoh. Karena terdapat beberapa kecerdasan. Garder, mengidentifikasikan delapan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik (peka, mahir, sensitivitas terhadap terhadap suara, bahasa, seperti jurnalis, penyair), kecerdasan logika-matematika (penalaran logika matematis, seperti ahli matemtika, saintis), keceerdasan musikal (ekspresi dalam seni, musik, keindahan suara, seperti penyanyi, komposer), kecerdasan spasial (mampu memahami bentuk-bentuk sesuatu, menyimpan dalam memori dan dapat menggambarkannya kembali, misal seperti pematung), kecerdasan kinestetik (keterampilan dalam mengekspresikan anggota tubuh sebagai nilai keindahan, seperti penari, atlit), kecerdasan interpersonal (kemampuan merespon suasana, dapat memahami maksud orang lain), kecerdasan interpersonal (kemampuan untuk mengendalikan, membimbing perilakunya sendiri, seperti orang yang teliti, serius), kecerdasan naturalis (kemampuan seseorang untuk mengenal alam dan kemampuan produktif dalam memanfaatkan alam, seperti berburu, bertani).
B.        PERUMUSAN MASALAH
Definisi Kecerdasan
C.        Tujuan Penulisan
Bisa mengetahui perkembangan kecerdasan Anak.
D.       Manfaat Penulisan
1.      Terpenuhi salah satu tugas mata kuliah perkembangan anak usia sd.
2.      Bagi yang membaca makalah ini supaya bisa menambah wawasan dan pengetahuan.
                                                                               
















BAB II
PEMBAHASAN
A.       DEFINISI PERKEMBANGAN KECERDASAN ANAK
            Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul “Multiple Intelligences” mengatakan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Gambaran mengenai spektrum kecerdasan yang luas telah membuka mata para orangtua maupun guru tentang adanya wilayah-wilayah yang secara spontan akan diminati oleh anak-anak dengan semangat yang tinggi. Dengan demikian, masing-masing anak tersebut akan merasa pas menguasai bidangnya masing-masing. Bukan hanya cakap pada bidang tersebut yang memang sesuai dengan minatnya, namun juga akan sangat menguasainya sehingga menjadi amat ahli.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur:
1.      Kecerdasan matematika – logika
2.      Kecerdasan bahasa
3.      Kecerdasan musikal
4.      Kecerdasan visual spasial
5.      Kecerdasan kinestetik
6.      Kecerdasan inter-personal
7.      Kecerdasan intra-personal
8.      Kecerdasan naturalis
Menurut pakar psikologi dalam Journal of Educational Psychology, kecerdasan adalah kapasitas untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi.
Kapasitas untuk belajar dari pengalaman berarti orang yang cerdas juga dapat membuat kesalahan. Bahkan orang yang cerdas sesungguhnya bukanlah orang yang tidak pernah membuat kesalahan. Tetapi, orang yang cerdas adalah orang yang membuat kesalahan, belajar dari kesalahan tersebut, dan tidak membuat kesalahan yang sama lagi. Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan berarti untuk menjadi cerdas tidaklah semata-mata bergantung pada nilai atau hasil suatu tes atau ujian di sekolah.
Di sini menjadi cerdas meliputi kemampuan untuk menangani suatu pekerjaan, bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan bagaimana mengatur hidup secara umum.
B.        UNSUR - UNSUR PERKEMBANGAN KECERDASAN
1.         Kecerdasan Matematika–Logika sendiri memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.

Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, yaitu misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.

Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagai macam permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti: catur, bermain teka-teki, dan sebagainya.

2.         Kecerdasan Bahasa memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail.
Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

3.         Kecerdasan Musikal memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara non verbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada irama.
Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasannnya apabila dikaitkan dengan musik.

4.         Kecerdasan Visual Spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara obyek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannnya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual spasial ini. Anak-anak demikian akan unggul dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.

5.         Kecerdasan Kinestetik  memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olah raga, seperti misalnya: bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan sebagainya. Atau bisa pula tampil pada anak-anak yang pandai menari, terampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.


6.         Kecerdasan Inter-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisai dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari anak yang lain, dan sebagainya.

7.         Kecerdasan Intra-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan mapun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannnya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
8.         Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperi aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan sebagainya.
Melalui konsepnya mengenai kecerdasan multiple atau kecerdasan ganda ini, Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan. Dimana kecerdasan seolah-olah hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.
Teori Gardner ini kemudian dikembangkan dan juga semakin dilengkapi oleh para ahli lain. Di antaranya adalah Daniel Goleman melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligence” atau Kecerdasan Emosional.
Dari ke tujuh spektrum kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner di atas, Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan intra-personal atau antar pribadi. Inti dari kecerdasan ini adalah mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat keinginan orang lain. Namun menurut Gardner kecerdasan antar pribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman. Sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Padahal menurut Goleman, faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi ini.
Sejauh ini, untuk mengukur kecerdasan seseorang diketahui dengan berbagai tes IQ. Namun, hasil pensekoran tes IQ tidak dapat dijadikan tolak ukur mutlak kecerdasan seseorang. Bagaimana jika seseorang yang sedang mengerjakan tes IQ dalam keadaan sakit, seseorang yang mengerjakan tes dengan peruntungan, coba-coba, atau tes IQ yang menggunakan lembar jawab komputer ada beberapa jawaban yang tidak dapat terbaca komputer….? klasifikasi atau pengelompokkan kecerdasan masih mengikuti klasifikasi Binet dan Simon.
C.        KLASIFIKASI ATAU PENGELOMPOKKAN KECERDASAN
1.      keterbelakangan mental/ cacat mental, meliputi:
Idiot (IQ <30), embisil (IQ 31-50), debil (IQ 51-70). Orang-orang yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah orang-orang yang lemah pikirannya, tidak dapat mengurus dirinya, fisiknya lemah, tidak dapat dididik di sekolah, tidak mengenal rasa senang ataupun sakit, tidak sempurna dalam berbicara, tidak dapat menggunakan kecerdasan untuk mengontrol emosi.
2.      slow learner (IQ 71-90)/ Inferior (IQ 70-79)
3.      bodoh (IQ 80-89)
4.      normal/ rata-rata (IQ 91-110)
5.      rapid learner (IQ 111-130),
          meliputi orang-orang pandai, superior, sangat superior. Termasuk kategori ini adalah orangyang cepat memahami sesuatu, dapat meneruskan sekolah sampai perguruan tinggi, pintar berhitung, berbahasa.
6.      gifted (IQ >131).
            Bakat dan prestasi orang-orang dalam kelompok gifted sudah nampak sejak lahir
7.      jenius (IQ >180).
            Orang-orang dalam kelompok ini, kelihatan cerdas sejak kecil. Namun umumnya, orang jenius akan mempunyai masalah yang berhubungan dengan emosi dan sosialnya
Kecerdasan dapat mempengaruhi belajar dan perkembangan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajar. Kecerdasan dapat berperan sebagai predikat prestasi belajar anak. Namun, kecerdasan bukanlah faktor satu-satunya yang menentukan keberhasilan belajar, karena keberhasilan belajar melibatkan beberapa aspek seperti faktor motivasi dan karakteristik kepribadiannya. Bagaimana dengan pengaruh kreativitas dalam pembelajaran….?
Kreativitas…
Saat seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang berbeda, merangkai beberapa hal/ benda sehingga menciptakan sesuatu nilai keindahan, kemanfaatan maka orang tersebut dapat dikatakan kreatif. Orang yang membuat rangkaian sepeda dengan pegangan sepeda yang panjang, rendah, roda sepeda yang satu kecil, dan yang satu besar, cat warna-warni pada sepeda motor, dapatkah pula seseorang tersebut dikatakan kreatif…? Sejauh mana kreativitas tersebut bermanfaat bagi orang lain. Apakah modifikasi sepeda atau motor seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bagi sebagaian orang tua dianggap sebagai suatu kecerdasan…atau… hanya keusilan seorang anak remaja…? Penilaian terhadap suatu kreativitas dalam hal ini dianggap sebagai subyektivitas. Kreativitas dapat mengakibatkan kebaikan, gangguan maupun berperan dalam pemecahan masalah (seperti penemuan bahan bakar pengganti minyak, alat untuk mencuci pakaian yang hemat air, hemat listrik, dsb).
Seseorang yang kreatif cenderung peka terhadap suatu permasalahan sehingga mendorong untuk melepaskan suatu permasalahan/ kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya dengan berpikir dan diwujudkan dalam kenyataan. Jadi kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan seorang individu untuk berfikir seperti berimajinasi yang dalam tindakannya dilakukan dengan cara-cara yang dapat memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kreativitas yaitu, jenis kelamin (anak laki-laki cenderung lebih kreatif daripada anak perempuan, karena anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk hidup mandiri, memecahkan suatu resiko-resiko. Apabila perempuan lebih cenderung dalam hal ketekunan), latar belakang sosio ekonomi (anak dengan latar belakang ekonomi tinggi apabila selalu dihadapkan dengan fasilitas-fasilitas yang cenderung nyaman dan tidak ada dorongan untuk membuat sesuatu yang baru, sedangkan anak-anak di desa yang kebanyakan ekonominya rendah terdesak untuk membuat sesuatu tanpa membeli dengan memanfaatkan alam yang tersedia. Namun bukan faktor kaya atau miskin, tetapi bagaimana seseorang tersebut dalam keadaan yang kondusif atau tidak), urutan kelahiran anak (anak pertama cenderung tidak dapat mengembangkan kreatifnya lebih karena anak pertama tekanannya lebih besar dan menjadi anak yang pertama pengasuhan orang tua yang selalu diarahkan orang tua), keluarga besar-kecil (keluarga yang besar dapat menghambat kreativitas anak, karena keluarga besar cenderung otoriter untuk mengendalikan anak-anak yang lain), kecerdasan (anak-anak yang cerdas cenderung lebih kreatif karena anak cerdas dapat menemukan ide-ide baru, merumuskan suatu alternatif pemecahan masalah).
Kecerdasan vs Kreativitas…
Kecerdasan lebih mengarah pada penggunaan pola pikirnya untuk memecahkan suatu masalah. Kecerdasan adalah suatu kemampuan ‘keajegan’ berfikir seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan kemampuan-kemampuan berfikirnya untuk menyelesaikan masalah.
Kreativitas mengarah pada kemampuan seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru dengan cara pemikirannya sendiri, dengan merinci pikiran-pikiran sehingga sesuatu tersebut bernilai keindahan, kemanfaatan atau kepuasan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kreativitas yang menghasilkan nilai komersil adalah inovasi. Inovasi menyebabkan perbedaan mempunyai nilai.
Kecerdasan tidak dapat disamakan persis dengan kreativitas. Namun kecerdasan ada keterkaitannya dengan kecerdasan. Kreativitas adalah buah dari kecerdasan. Kreativitas tanpa kecerdasan tidak dapat menghasilkan nilai/ kualitas kreativitas yang tinggi. Kreativitas merupakan tingkat tertinggi kecerdasan seseorang. Orang yang kreatif berarti orang tersebut memahami benar-benar tentang suatu hal sehingga dapat menguraikan, menjelaskan, merinci untuk dapat menghasilkan ide-ide, sesuatu yang baru.
Pentingnya kreativitas dalam pembelajaran…
Masa-masa anak adalah masa emas, dimana anak mudah menerima rangsangan, sentuhan. Begitu pula pentingnya pengasuhan, pengondisian anak pada waktu usia dini untuk mengembangkan kecerdasan. Anak-anak pada masa awal sekolah umumnya masih belajar dengan menggunakan simbol-simbol, gambar dan cara pembelajaran yang menarik. Pembelajaran sebaiknya banyak menggunakan alat peraga yang kreatif dengan bentuk dan warna yang menarik. Sehingga kreativitas dalam pembelajaran sangat diperlukan agar anak dalam belajar tidak cepat bosan, dan menarik minat, perhatian anak untuk belajar. Walaupun anak lebih dapat mengkondisikan tubuhnya untuk tenang menerima pelajaran, namun pada akhirnya anak adalah masa-masa bermain dan bereksplorasi. Duduk, tenang menerima pelajaran akan membuat anak jenuh, tertekan dan sulit menerima pelajaran. Sehingga dalam pembelajaran memerlukan kreativitas, penciptaan bentuk-bentuk pembelajaran yang bersifat permainan dan membawa anak-anak dalam suasana yang berbeda, di luar kelas, di halaman, di tempat-tempat yang membawa anak pada suasan nyaman. Jadi pembelajaran janganlah monoton di dalam kelas. Masa-masa anak adalah masa-masa eksplorasi, pengembangan rasa ingin tahu, biarkan anak bereksplorasi, tetapi tetap perlu diarahkan oleh orang tua maupun guru.

Mengoptimalkan Perkembangan Kecerdasan Sejak Usia Dini



             Peran orangtua pada dasarnya anak-anak sebagai generasi unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka tumbuh dengan optimal. Orang tua memegang peranan penting menciptakan lingkungan tersebut guna memotivasi anak agar dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi. Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi. Suasana yang penuh kasih sayang, mau menerima anak apa adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul dimasa datang.
            Memahami anak keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satusama lain namun salingmelengkapidanberharga.Selain memahami bahwa anak merupakan individu yan unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami anak,yaitu bahwa anak adalah: anak bukan orang dewasa,anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini.
         Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam.Dunia bermain mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkaitdenganpenuhsuasanayangmenyenangkan.
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis.Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilaku sesuai dengan ciri-cirimasing-masingfaseperkembangantersebut.
Senang Meniru
           Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru. Orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.
Kreatif
           Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya imajinasi tinggi, dan sebagainya. Namun begitu anak masuk sekolah, kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran di TK atau SD terlalu menekankan pada cara berfikir konvergen, sementara cara berfikir secara divergen kurang dirangsang. Orang tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak-anak dengan bersikap luwes dan kreatif pula, hendaknya tidak selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak namun secara rendah hati mau menerima gagasan-gagasan anak yang mungkin tampak aneh dan tak lazim. Anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis serta akan tumbuh dan berkembang lebih optimal.
Mengembangkan kecerdasan dan kreativitas
Menyadari akan arti pentingnya orang tua bagi pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak, maka sangat dianjurkan kepada setiap orang tua untuk meluangkan waktu secara teratur bagi putra-putrinya untuk mengembangkan kemampuan bahasa misalnya, biasakan agar orang tua rajin menjalin percakapan dengan si kecil. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, sedangkan untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika anak dapat diperkenalkan konsep matematika secara sederhana, misalnya menghitung jumlah anak tangga.Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, anak bisa diajak menjelajahi dunianya dengan cara melakukan eksperimen, misalnya mengamati tumbuhnya kecambah, proses telur yang menetas dan sebagainya. Kaitkan semua kegiatan diatas sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Ini adalah hal-hal yang merangsang pengembangan kecerdasan anak. Banyak dijumpai anak-anak yang memiliki kecerdasan dan kreativitas luar biasa adalah anak-anak yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tuanya. Orang tua John Irving misalnya, menghabiskan waktu berjam-jam bermain dan terlibat secara intelektual bersama John setiap hari, sehingga akhirnya ia menjadi penulis ternama. Begitu pula orang tua Steven Spielberg, tak jemu-jemunya berdialog dan melayani aneka pertanyaan serta rasa ingin tahu Steven, sehingga akhirnya ia menjadi sutradara film terkenal. Tak terkecuali orang tua Thomas Alva Edison memegang peranan penting bagi perkembangannya sehingga ia menjadi seorang penemu ulung.Rumah yang menunjang kreativitas adalah rumah dimana anak dan orang dewasa yang berada didalamnya terlibat dalam kebiasan kreatif. Aktivitas mendongeng atau membacakan cerita sangat bersemangat untuk merangsang kecerdasan maupun kreativitas anak. Melalui dongeng, anak juga dapat diajak berkomunikasi serta mencoba untuk melontarkan suatu gagasan terhadap pemecahan suatu masalah. Dan melalui dialog batin si kecil dengan dongeng-dongeng yang didengarnya itu, tanpa sadar mereka telah menyerap beberapa sifat positif, sperti keberanian, kejujuran, kehormatan diri, memiliki cita-cita, menyayangi binatang, membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk, dan seterusnya.
Mengembangkan kecerdasan emosional.
Beberapa ahli mengatakan bahwa generasi sekarang cenderung banyak mengalami kesulitan emosional, seperti misalnya mudah merasa kesepian dan pemurung, mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopansantun dan sebagainya, kecerdasan atau angka IQ yang tinggi bukanlah satu-satunya jaminan kesuksesan anak di masa depan. Ada faktor lain yang cukup populer yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini dapat dilatih pada anak-anak sejak usia dini. Salah satu aspeknya adalah kecerdasan sosial, dimana anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain serta bertindak bijaksaadalam hubungan antar manusia. Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, sikap saling menghargai, disiplin dan penuh semangat tidak mudah putus asa, semua ini memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya.





BAB III
KESIMPULAN
                 Pada umumnya, kata “cerdas” atau “kecerdasan” sering diartikan oleh sebagian besar orang sebagai berikut: mampu cepat bertindak, dapat mengatasi berbagai macam masalah, menjadi tempat bertanya atau konsultasi, mampu membaca dengan kecepatan tinggi, lulus dengan IP yang tinggi, pintar cari uang, sukses dalam karier (misalnya menjadi manajer, dll), mampu sekolah sampai S2 atau bahkan S3, saat sekolah nilai ujiannya selalu mendapat nilai 10, menjadi juara kelas, pintar melihat peluang, IQ yang di atas rata-rata, mengambil jurusan ilmu eksakta (misalnya fisika atau matematika), dapat menghitung dengan cepat, mampu berbicara dalam beberapa bahasa, rajin dan ulet, dapat menciptakan peluang, bisa masuk ke perguruan tinggi favorit, selalu mendapat beasiswa, pintar berbicara dan meyakinkan orang lain, pintar memimpin orang lain, dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, mampu menyelesaikan masalah, Ahli dalam bidang tertentu.

Kecerdasan dapat mempengaruhi belajar dan perkembangan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajar. Kecerdasan dapat berperan sebagai predikat prestasi belajar anak. Namun, kecerdasan bukanlah faktor satu-satunya yang menentukan keberhasilan belajar, karena keberhasilan belajar melibatkan beberapa aspek seperti faktor motivasi dan karakteristik kepribadiannya.

0 komentar on "PERKEMBANGAN ANAK USIA SD"

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates